Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Proyek Menulis Letters of Happiness: Share your happiness with The Bay Bali & Get discovered!
Have Fun ^^,
Dia Sahabatku dan Ternyata...
karya : AnnisaDwiAshari
"Tunggu dulu." Katanya, seraya menahanku untuk turun dari mobilnya.
"Besok aku jemput jam 7 malem, kamu harus udah siap yah."
"Heh?! untuk
apa? Bukannya kamu besok mau melamar pacarmu?" Tanyaku heran dan menahan diri
untuk keluar dari mobilnya.
"Hmmmm.. aku
maunya ada kamu." Katanya gugup.
"Kok aneh?
harusnya aku kan gak ikut. Bahkan, aku aja gak dikasih tau persiapan yang kamu
siapin itu seperti apa" Kataku heran dan sedikit sewot.
"Udaaahh...
besok kamu siap-siap aja jam 7 yah, kalo bisa sih dandan yang cantik, jangan
pake sneakers ya kalo bisa,
hehe." Katanya sambil melirik sepatuku. “Untuk persiapannya kamu gak perlu
tau, besok aja kamu liat sendiri ya.” Katanya sambil tersenyum.
"Aduuuhhhh...
kok repot sih? yang mau dilamar siapa, yang kudu dandan siapa." Kataku
sewot "ya udah iya, besok aku udah siap jam 7 pake hells 50cm, biar kamu
puas." Kataku jengkel dan sedikit membuang muka.
"Egrang kali
aah, sekalian gaun juga boleh." Katanya sambil tertawa kecil.
"Bodo amat, udah
yah, udah malem. Aku ngantuk." Kataku yang sekarang akan turun dari
mobilnya.
"Bye Syaa, besok
jangan lupa yah. Jam tu-juh."
"Iyaaaa."
Jawabku sambil menongolkan kepala sedikit di kaca.
Aku
mengenalnya sudah dari aku duduk di kelas 1SMP, dibilang persahabatan kita itu
cocok, memang benar adanya. Aku menyukainya? mungkin... karena hanya dia dan cuma
dia lelaki yang sampai saat ini bisa dekat denganku dan aku merasa nyaman
didekatnya. Tapi... tidak dengannya, besok aku menemani dia untuk melamar
kekasihnya yang sudah 2 tahun mereka jalani. Andai aku bisa memilih untuk tidak
ikut dengannya besok, mungkin aku bisa lebih tenang untuk meratapi takdir
seperti ini, melihat Fahri melamar kekasihnya dan menyaksikan lelaki yang aku
idamkan dimiliki oleh orang lain. Entah apa tujuan Fahri yang sampai saat ini,
kekasih yang akan dilamarnya besok akupun tidak mengenalinya,
--
"Duuuuhhh...
anak ibu cantik banget, tumben Sya kamu dandan kayak cewek gini." Kata ibu
meledekku yang sedari tadi repot berdandan dan duduk di depan kaca rias yang
ada dikamarku.
"Ibuuuu.. ngeledek
kan.." Kataku cemberut.
"Cantik kok,
kamu mau kemana Sya?" Tanya ibu heran sambil berdiri di belakang
punggungku dan memegang pundakku.
"Nemenin Fahri
ngelamar pacarnya bu." Kataku sedikit menghela nafas.
"Ooohhh, ya udah
gak apa-apa, mungkin dia takut gugup. Jadi kamu bisa jadi penenang."
"Iyaa bu."
Kataku sambil mengulas sedikit blush on dipipi.
"Aku
sudah ditemani mbok Iyem nih, hihi." Pesan Bbm yang dia kirimkan.
"Fahri udah
dibawah bu." Kataku kepada ibu dan bergegas berdiri dari depan kaca rias
dan turun kebawah untuk menemui Fahri.
Satu persatu anak
tangga kuturuni, aku melihat raut wajah Fahri disaat dia melihatku seperti
sekarang dengan matanya yang reflex
membesar, mulut sedikit terbuka dan seakan tidak percaya dengan aku yang
seperti ini, ingin rasanya aku tertawa terbahak-bahak melihat raut wajah
sahabatku ini.
"Kenapa mukamu
begitu? haha." Kataku meledek, sedikit tertawa dan duduk disofa
sebelahnya.
"Ini beneran
kamu Sya? Tasya Milarasati?" Tanyanya.
"Bukan Mas, saya
adik dari Mbok Iyem." Kataku dengan nada kemayu sambil tertawa centil.
"Angunnyaaa."
Katanya masih dengan posisi yang sama.
"Yuk, kita jalan
sekarang." Ajakku sambil berdiri.
"Gak pernah
kepikiran aja sih ngeliat kamu dandan kayak gini, cantik." Katanya sambil
menyusulku berdiri.
Deg! Fahri bilang aku
cantik? ini baru pertama kali aku mendengernya. Selama aku berteman dengannya,
belum pernah aku mendengar sekali pun Fahri berucap seperti ini kepada
wanita-wanita di luar sana. Tadinya aku mengira dia tidak tertarik akan wanita.
Aahh.. itu hanya pikiran bandelku saja.
--
"Asliiii....
tempatnya romantis banget Rii..." Aku membuka lebar mulutku setelah turun
dari mobilnya dan masuk ke tempat yang belum pernah aku temui sebelumnya,
“The Bay Bali.” Ucapku disaat aku melihat nama tempat yang aku pijak
sekarang. Suasana malam menjadi tema. Inilah kecintaanku pada Bali,
ke-eksotisan pada malam hari yang begitu kental. Aku melihat Lampion terjajar
rapih di sepanjang jalan menuju tempat yang dituju, hembusan ombak terdengar
jelas saat menapaki pasir putih bersih ini. Dingin dirasakan, angin yang hilir
mudik menyentuh sedikit kulitku. Aku melihat tidak jauh dari pandanganku,
terdapat 2 kursi diantara meja bundar yang dihiasi gelas berisikan lilin
disisinya. Otakku selalu terlintas perkataan "andai aku yang dilamar
dengan konsep romantis seperti ini." ah.. sudahlah, itu hanya pengandaian
di dalam pikiranku saja, tidak mungkin aku merusak acara istimewa sahabatku ini
dengan pemikiran pengandaian aku ini. Fahri menarik tanganku perlahan menuju
inti dari tempat itu. Dia menarik kursi yang berada di sebelah kiri dan
mempersilahkanku untuk mendudukinya.
"Kok aku yang
disuruh duduk?" kataku heran dan menahan badanku untuk tidak segera duduk.
"pacar kamu mana?" Kataku sambil celingukan.
"Udah... duduk
aja dulu." Katanya sambil menarikku dan memegang bahuku untuk segera
duduk.
"Aku gak ngerti
deh Ri.. maksud kamu apa coba? trus pacar kamu mana? kan katanya, kamu mau
lamar pacar kamu." Fahri masih diam sambil melihat sekeliling tempat
ini.
"Ri... Ri...
jawab doonggg." Aku terus menggoyangkan tangannya yang berada di meja. Aku
kesal, aku bingung, ingin rasanya aku memanggil pacar sahabatku ini agar dia
segera keluar. "ah, aku pulang aja ya kalo kayak gini, gak enak,
dingin." Ancamku. Tapi memang aku merasakan dingin yang teramat apalagi dengan
baju tanpa lengan seperti ini, risih yang aku rasakan.
"Udah... tunggu
aja dulu disini, dingin yah?" Katanya sambil mendekat kepadaku dan
memakaikan jas yang dia pakai. Hari ini Fahri berdandan rapih dari biasanya, Sebenarnya
aku mengaguminya sangat mengaguminya sedari tadi, disaat pertama kali aku
melihatnya.
"Terima
kasih." Ucapku setelah dia memakaikan jasnya.
Dia kembali duduk di
kursinya, aku menatapnya dan dia terlihat gugup.
Kali ini kusadari
Aku telah jatuh cinta
Dari hati terdalam
Sungguh aku cinta padamu
Cintaku bukan lah cinta biasa
Jika kamu yang memiliki
Dan kamu yang temaniku seumur
hidupku
T'rimalah pengakuanku
Percayalah kepadaku
S'mua ini kulakukan
Karena kamu memang untukku
Afgan
- Bukan Cinta Biasa
Aku tercengan setelah
mendengar satu lantunan lagu yang telah di-cover
oleh seseorang di ujung sana, persis di dalam saung sana seorang lelaki dengan
gitarnya menanyikan lagu itu.
"Keren banget
Fahri...." Kataku kepada Fahri yang masih tersenyum kepada penyanyi itu.
"Kamu suka?"
Tanyanya.
"Hu..uh."
Kataku sambil mengangguk semangat dan tersenyum lebar. "tapi aku gak
ngerti maksud dari ini semua, mana pacar kamu Riiiii.." Kataku gemas.
"Kamu penasaran
sama pacar aku? Yang aku bilang akan aku lamar pada hari ini?" Tanyanya.
"Iya..."
"Dia berada
tepat dihadapanku sekarang."
Aku menoleh ke kiri
dan kanan sekitarku, tidak ada seorang pun selain aku dengannya disitu,
terkecuali penyanyi lelaki yang berada di saung sana.
"Aku?"
Kataku heran dan menunjuk diriku sendiri.
"Yap... pacarku
selama ini yang aku ceritakan padamu itu hanya rekayasa belaka Sya... itu tidak
ada, itu hanya khayalan aku saja."
Aku hanya bisa
membalasnya dengan diam, entah apalagi yang akan dia katakan, aku masih belum
mempercayai semua perkataan yang baru saja dia katakan. Aku menunduk, aku bingung,
dan aku tidak bisa berucap.
"Aku cinta kamu
Sya." dia mencoba menggengam tanganku. "aku suka kamu berbicara, aku
suka kamu disaat kamu gugup dan menyembunyikan kegugupan itu dengan mengigit
kukumu, aku suka kamu berdandan hanya memakai kemeja, celana jeans dan sneakers, aku suka kamu menyelipkan
rambut dikuping kananmu, aku suka kamu bernada manja hanya ingin aku membelikan
coklat kesukaanmu, aku suka kamu yang tiba-tiba datang dengan marah-marah, aku
suka tanda kamu terlelap tidur, mengengam kedua jempolmu, aku suka disaat kamu
menaikan kacamatamu yang selalu melorot, aku suka pelukan kagetanmu dari
belakang, aku suka perdebatan kita, aku suka disaat kita ribut hanya karena
berbeda keinginan nonton film dibioskop, aku suka suara lantangmu menyanyikan
lagu dengan asal, aku suka kamu memakai topi dengan terbalik, aku suka kalo
kamu ngomong tanpa titik dan koma, aku suka dengan sifat penasaran kamu, aku
suka melihat kamu menari-nari, aku suka kamu yang kadang lebih berani daripada
aku, aku suka semua tentang kamu Sya... yang pertanda.. Aku cinta kamu."
Dia menunduk lega. "lagu tadi, mengisyaratkan cinta aku luar biasa kalo
kamu yang punya, dan cinta aku luar biasa jika kamu yang nemenin hari-hari aku.
Aku udah ngangep kamu teman hidup aku, maaf selama ini aku gak pernah
terang-terangan aku cinta kamu, karna aku gak mau kehilangan kamu. Maka malam
ini juga, aku akan..."
Dengarkanlah wanita pujaanku
Malam ini akan ku sampaikan
Hasrat suci kepadamu dewiku
Dengarkanlah kesungguhan ini
* aku ingin mempersuntingmu
‘tuk yang pertama dan terakhir
Jangan kau tolak dan buatku hancur
Ku takkan mengulang ’tuk meminta
Satu keyakinan hatiku ini
Akulah yang terbaik untukmu
Dengarkanlah wanita impianku
Malam ini akan ku sampaikan
Janji suci satu untuk selamanya
Dengarkanlah kesungguhan ini
Akulah yang terbaik untukmu, ooo
Yovie and
Nuno - Janji Suci
Lagi-lagi lelaki yang
berada di saung itu menyanyikan lagu yang berhasil membuat air mataku turun.
Baru kali ini Fahri memberikan kejutan yang luar biasa, apalagi pernyataan dia
yang benar-benar mendetail tentangku.
"Sekarang tugas kamu adalah..."
"Kok pake ada tugasnya segala sih, kamu juara ya bisa bikin aku melow syahdu gini." Kataku kesal.
"Justru ini inti dari tujuan aku." Katanya..
"Apa?" Tanyaku penasaran.
"Cari satu dari gelas lilin yang berada di meja ini, dan kamu cari gelas pertengahan antara aku dan kamu. Kamu temukan apa yang ada di dalamnya."
Aku menyeritkan dahi memahami apa yang dia ucapkan. "Oke baiklah." Aku menghitung dari sudutku dan sudut Fahri. "I get it." Aku mengambil gelas yang dimaksud. "Jangan lupa tiup apinya ya." Perintahnya. Aku tiup api dari gelas itu agar padam, dan sungguh hal yang menakjubkan ketika api itu padam, pancaran kilat berlian terpantul dari dalamnya. Benda berbentuk lingkaran sebesar jari terhias disana."Cincin?" Ucapku heran dan masih melihat cincin itu dari permukaan gelas.
"Yap..sekarang coba kamu ambil cincin itu, sisa lilin di dalamnya gak panas kok." Katanya.
Setelah aku tarik
cincin yang berada dalam gelas itu, lagi-lagi kejutan yang Fahri berikan
membuatku tidak sempat berkedip mata. Pasir putih yang berada tepat di sebelah
kiriku berubah menjadi serpihan mawar bertulisan "Will You Marry Me
Tasya?"
"Oh my god." Hanya satu kata yang terucap dari mulutku.
Fahri berdiri
mendekat kepadaku, meraih cincin yang sedari tadi aku pegang. "Jadi,
jawabannya gimana Sya?" Tanyanya.
"Rii... asli, aku gak nyangka kamu bisa seromantis ini, yang pasti juga, aku harus tau kronologi cara pembuatan ini semua." Kataku panjang lebar.
"Sya... mulai deh penasarannya keluar, iya.. nanti aku kasih tau gimana kronologinya sama gimana cara pasang alat-alat semuanya ya. Sekarang, kamu jawab dulu pertanyaan aku."
"Hmmmm..... kasih tau gak ya, harus sekarang banget?" Kataku meledek tetapi sebenernya deg-degan.
"Harus.. dan sekarang banget." Katanya.
"Hmmm...Yes I do..." Kataku disertai semburan pelukan dari Fahri.
Ternyata kejutan Fahri belum berakhir, letusan kembang api meluap-luap di langit, berwarna-warni indah bergantian. Fahri memasangkan cincin tepat di jari manis kiriku disertain bunyi letusan kembang api yang meluap.
Ibu dan Bapakku
keluar dari belakang saung, mereka tersenyum lebar dan bertepuk tangan atas
usaha Fahri melakukan ini.
"Ada Ibu dan Bapak?" Tanyaku heran pada Fahri.
Fahri menoleh sedikit
kearah Ibu dan Bapak, "Iya.. mereka salah satu tim sukses disini."
Katanya sambil tersenyum dan memelukku kembali.
"Aku bahagia, dan aku mencintaimu sudah dari dulu." Bisikku lembut ke telinga Fahri.
"Terimakasih, akupun bahagia." Kecupan di kening itu mendarat.
Aku, wanita paling
bahagia hari ini. Fahri, lelakiku seutuhunya dan seterusnya.
“Terimakasih The Bay
Bali.” Ucap Fahri sambil melihat ke langit, semburan indah kembang api.
-Sekian-